Rabu, 19 Oktober 2011

FKM Unbrah turut serta dalam Penelitian Kesehatan Gigi Masyarakat pada Pemeriksaan Gigi Gratis BKGN Fakultas Kedokteran Gigi UNBRAH


Kamis, 20 Okt 2011

Kegiatan yang digagas oleh Pepsodent, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), berlangsung selama 3 hari, dimulai hari senin, 17 Oktober sampai Rabu 19 Oktober yang bertempat di FKG Unbrah. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno. terlihat antusias ribuan siswa SD mengikuti kegiatan ini, memang sasaran utama kegiatan  adalah murid sekolah dasar disamping masyarakat umum. Para siswa dan masyarakat umum diberikan edukasi dan praktek langsung menggosok gigi yang benar serta pemeriksaan gigi.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno sangat mengapresiasi kegiatan peringatan BKGN ini, mengingat kesadaran masyarakat Sumbar untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut masih sangat minim. "Saya akui saat ini kesadaran masyarakat Sumbar untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut masih sangat rendah. Karena itu saya sangat mendukung sekali kegiatan ini. Karena dengan adanya kegiatan ini yang disisi dengan pemeriksaan gigi, edukasi tentang pemeriksaan gigi ini bisa menimbulkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mulut dan gigi ini," papar Irwan.
Hal ini dibenarkan oleh Drg. Utmi Arma, Dekan FKG Universitas Baiturrahmah. Dikatakannya berdasar data Riskesdas 2007 prevensi karies aktif di Sumbar sebesar 41,6 dan pengalaman keries sebesar 70,6 persen. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena masih rendahnya kebiasaan menggosok gigi secara benar dan keengganan memeriksakan kesehatan gigi ke dokter. "Saat ini 97,3 persen masyarakat Sumbar belum memiliki kebiasaan memerikasa gigi dengan benar dan belum memeriksakan kesehatan gigi kedokter dengan rutin”.
Sementara itu Drg. Ratu Mirah Afifah, Profesional Relationship Managet Oral Care PT Unilever Indonesia yang mensponsori BKGN, mengatakan bahwa Penyelenggaraan BKGN 2011 yang berlangsung mulai 12 September hingga 29 Oktober ini tak lepas dari kondisi kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia yang masih cukup memprihatinkan. "Menurut data kesehatan dasar 2007, sebanyak 72,1 % masyarakat Indonesia mempunyai gigi berlubang. Serta kita menyelenggarakan kegiatan ini melihat adanya peningkatan signifikan anggota masyarakat yang mengunjungi RSGMP di FKG pada BKGN 2010," tukasnya. (padang.today.com)
Tim Penyebar Kuesioner FKM Biostatistik
Disamping itu, FKM Unbrah ikut ambil bagian dalam upaya penelitian terhadap kondisi Kesehatan Gigi Masyarakat. Penelitian ini dipimpin langsung oleh Ibu Helfi Agustin, SKM., MKM. dan Hilda Hidayat, SKM. serta dibantu oleh 9 orang mahasiswa  FKM angkatan 2008 khusus peminatan Biostatistik. Penelitian ini menggunakan Kuesioner dengan teknik wawancara langsung terhadap masyarakat dan siswa SD yang datang untuk pemeriksaan gigi. Kuesioner terdiri dari beberapa variabel diantaranya pernyataan sikap terhadap kesehatan gigi dan mulut, kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan makan, kebiasaan merokok, olah raga, pendidikan, ekonomi, dll.
Dalam arahannya pada hari pertama penyebaran kuesioner (senin/17) kepada 9 orang mahasiswa FKM Biostatistik, Helfi Agustin, SKM., MKM. Menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kerjasama dengan pihak FKG Unbrah dan telah mendapat persetujuan langsung dari Pembantu Dekan I FKM Unbrah, Drs. Eka Trio Efandilus, M.Si.. selain itu, dia juga menyampaikan bahwa jumlah kuesioner yang akan disebar sebanyak 100 kuesioner dengan pertimbangan target kunjungan dari pemeriksaan gigi gratis adalah 1.000 kunjungan. “dengan adanya penyebaran kuesioner ini diharapkan dapat menggambarkan tentang kondisi kesehatan gigi masyarakat dan faktor apa saja yang mempengaruhinya” ungkapnya. (Red/Said)

Senin, 25 Juli 2011

Siapakah yang Lebih Ideal diantara Dokter dan Ahli Kesehatan Masyarakat untuk Menjadi Seorang Kepala Puskesmas?

( Dinamika Dominasi Dokter yang Menjabat Sebagai Ka PUskesmas)


Malam ini, sebelum tidur aku menyempatkan diri sejenak untuk membaca berita di internet. Setelah sebelumnya aku surving di vivanews.com , akhirnya aku mengunjungi kompasiana. Saat sedang melihat-lihat judul postingan, aku pun tertarik pada tulisan dari Armand yang berjudul Ka Puskesmas Idealnya Bukan Dokter.

Akhirnya ku gerakkanlah kursor untuk meng-klik tulisan tersebut, setelah aku baca isinya, ternyata hal yang aku cari tidak aku temukan. Ya,, tak disebutkan sama sekali tentang Sarjana Kesehatan Masyarakat, mirisnya yang aku temukan justru Sarjana Ilmu Sosial. Bukannya aku mendiskriminasikan, tapi biarlah mereka dengan bidang ilmu yang dikuasainya menekuni bidang yang sesuai. Ada satu komentar yang saya setuju bahwa idealnya kepala puskesmas itu adalah orang yang menguasaai manajerial tetapi dengan latar belakang yang sama bidangnya. Apalagi kalau bukan seoranga ahli kesehatan masyarakat?
Seketika itu pula batinku terusik. Tak tenang rasanya dan ingin menuliskan apa yang sedang saya rasakan sekarang, apa yang menjadi unek-unek saya.

Maaf, bukannya saya narsis atau promosi dengan gelar yang insyaalloh akan saya terima tahun depan 2012 (amiin), tetapi saya hanya ingin memaparkan sesuatu yang mungkin selama ini masyarakat sendiri masih awam. Ya, tidak salah saya mengatakan hal itu, karena demikianlah yang memang terjadi. Terkadang sedih rasanya kalau ada yang bertanya saya kuliah dimana, dan saya jawab di fakultas kesehatan masyarakat kemudian mereka bertanya apa itu? Lulusannya nanti jadi apa?
Glegh.. saya bingung menjelaskannya. Saya kemudian beri contoh simple kalau lulusan ini nantinya bisa bekerja di instansi atau bidang kesehatan, menjadi pegawai puskesmas hingga kepala puskesmas, penyuluh kesehatan, pemantau sanitasi rumah dan jamban, bahkan saya pernah bilang bahwa dari SKM ini nantinya bisa jadi menteri kesehatan lho, dan masih banyak lagi.. setelah itu mereka bertanya lagi, “ apa sama kayak dokter? Jadi bisa mengobati orang sakit?” dengan serta merta saya jawab “ itu bukan tugas dan wewenang kita sebagai SKM walaupun sebelumnya kami dibekali dengan materi kuliah dasar kedokteran dan pengobatan meskipun SKSnya tidak terlalu banyak karena bukan main core tugas kami nantinya (anatomi, fisiologi, patologi, biokimia, mikrobiologi, parasitologi, farmakologi), tapi itu tugasnya dokter. See.. sudah jelas kan tugasnya?? Mengobati pasien itu dokter. Diantara 4 produk layanan kesehatan, curative rehabilitatif merupakan tugas utama dokter. Jadi biarlah mereka fokus dengan tuganya ini. Sayang sekali ini bukan suatu bentuk sentimentil karena begitu banyak jabatan kepala puskesmas di indoneseia yang dipegang oleh dokter. Didesa saya sendiri, puskesmasnya masih dikepalai oleh seorang dokter yang telah lebih dari 8 tahun bertugas disana. Tetapi saya tidak merasakan perubahan dari program kesehatan. Penyuluhan pun tak terdengar gaungnya. Lalu kenapa bisa sampai seperti ini? Dalam benak saya menjawab: “ mungkin karena konsentrasi terbagi antara mengurusi manajemen puskesmas dengan mengobati pasien di puskesmas, belum lagi sorenya buka praktek di rumah dinasnya?”

Sekali lagi ini bukan sentimentil tentang profesi (yang memang terkadang saya geregetan juga kenapa regulasi dari pemerintah belum berubah? Kenapa belum keluar juga peraturan bahwa yang menjadi kepala puskesmas adalah seorang SKM?

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) ini sebelumnya di bangku kuliah telah dibekali dengan banyak sekali ragam ilmu. Mungkin ini satu-satunya jurusan yang mempelajari ilmu kedokteran, obat-obatan, ilmu sosial (antropologi, sosiologi, komunikasi), ilmu sosial yang dipadukan di bidang kesehatan ( sosio-antropokes, komunikasi kesehatan), ekonomi, pemasaran, manajemen, hukum, gizi, statistic, kesehatan lingkungan, desain grafis media dan banyak lainnya. Tidak hanya satu dua SKS yang ditempuh, di tiap semester pasti ada pemantapan. Saya hanya ingin memaparkan apa yang mungkin terkadang masih dianggap sebelah mata. Kami memang bukan dokter, tapi tugas kami adalah untuk memanajeri dokter. Bukankah demikian? Kenapa saya katakana demikian? Karena tugas utama kami adalah preventif promotif, salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat sistem manajerial dan program yang efektif pada kedua hal tersebut. Merumuskan langkah apa saja yang perlu ditempuh, serta apa saja hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan mulia tersebut. Menjawab kebutuhan bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang semakin meningkat, upaya kesehatan kelompok atau masyarakat menjadi tanggung jawab bagi seorang SKM.

Lalu, kapankah regulasi pemerintah akan memihak kepada kita, para pejuang kesehatan? Semoga tak akan lama lagi, sehingga semakin jelas job desc yang ada, dan semakin profesional kita dalam menjalankan tugas.